Kamis, 29 Januari 2015

MIRACLE IN CELL NO.7

Diposting oleh Unknown di 06.03

Miracle
Pepatah Cina Kuno, yang mengatakan bahwa Hidup dan Cinta adalah rantai mata yang tidak bisa dipisahkan. Kita semua pasti merasakan perasaan cinta yang luar biasa dalam kehidupan. Terlebih perasaan yang tidak mungkin tergantikan kepada kedua orang tua kita sendiri. Ibu dan Ayah adalah manusia berhati malaikat pelindung. Ibu, seorang bidadari yang teramat cantik dan baik hati tiada tergantikan oleh apa pun. Begitu pun dengan Ayah. Ayah adalah sosok pahlawan yang senantiasa berjuang untuk keberlangsungan hidup diri kita.
Film itu berjudul, Miracle in Cell No.7Film yang ditayangkan pada tahun 2013 itu bercerita mengenai kisah seorang Ayah dengan anaknya yang berpisah karena ketidakadilan hukum menimpa mereka.

Sedikit sinopsis cerita film ini adalah, pada suatu kota di Korea Selatan hiduplah seorang Ayah dengan kondisi memiliki mental yang berbeda dari orang-orang normal lainnya. Ia memiliki anak perempuan yang sangat cantik, lucu, dan pintar. Mereka hanya hidup berdua saja pada rumah berukuran kira-kira 4 x 3 meter. Sang Ayah hanya bekerja sebagai tukang parkir di sebuah perbelanjaan.
Suatu hari, Ayah dan puterinya menonton acara Sailor moon di sebuah televisi di depan toko. Anak perempuannya sangat menyukai Sailormoon. Bahkan ia pun pandai menirukan gerakan Sailormoon sambil berkata, “Dengan Kekuatan Bulan, Akan Menghukumu”. Melihat tiruan tarian yang diperagakan sang anaknya, Ayahnya pun ikut menirukan. Dan akhirnya mereka terlihat kompak menirukan bersama.
Setelah meniru dan menyimak tayangan Sailormoon, mata Ayah dan puterinya itu tertuju pada tas bergambar Sailormoon bergambar kuning yang dipajang di etalase toko di depan mereka. Sang Ayah berjanji akan membelikan tas itu apabila gajian, sebagai hadiahdi hari pertama masuk sekolah. Namun, tidak lama, tas itu dibeli oleh seorang kepala kepolisian untuk anak perempuannya. Sang Ayah mencoba memasuki toko seolah ingin merebut tas sailor moon. 

Kepala polisi itu kemudian, mencoba menarik tas dan memukul sang Ayah hingga jatuh.
Permasalahan itulah yang akhirnya membawa ketidak adilan baginya. Siang hari setelah sang Ayah mendapat gaji, ia didatangi oleh seroang gadis perempuan seusia dengan anak perempuannya, yang ternyata anak dari Kepala polisi yang sudah memukuli dirinya hingga terjatuh.










Dengan memakai tas bergambar Sailor moon, gadis perempuan kecil itu mencoba ingin memberitahukan toko yang menjual tas yang sama dengan miliknya. Sang Ayah dengan semangat mengikuti gadis kecil itu hingga ke pelosok pasar. Pada kondisi itu, gang pasar sangat kecil. Mereka pun berlari kecil, hingga akhirnya gadis itu terpelset dan jatuh terkena batu bata. Namun, Sang Ayah tokoh pemeran utama ini, menemukan gadis kecil yang mengajaknya itu sudah tergeletak berlumuran darah. Ia mencium, membuka celananya sang gadis kecil. Tiba-tiba datang seorang ibu-ibu yang berteriak melihat kejadian itu, dan berlari meminta tolong.Kondisi lain, menggambarkan bahwa Sang Ayah dituduh telah menculik, membunuh serta memperkosa gadis kecil itu. Hingga akhirnya dijebloskan ke dalam penjara.
Sang Ayah dipenjara di sel no.7 selama menunggu persidangan putusan pengadilan. Anak perempuannya bersedih karena mengetahui sang Ayah masuk penjara. 


Dalam cerita ini, semasa sang ayah dipenjara, ada kejadian lucu dan penuh makna mengharukan. Bagaimana, sang Ayah dapat merubah kondisi keadaan penjara yang menyeramkan dan penuh kekejaman menjadi penuh cinta dan kerja sama.
Anak perempuannya pun hidup bersama di 


sel itu secara diam-diam. Kemudian, melihat 
ada kejanggalan dalam kasus itu, kelima teman satu sel sang ayah, mencoba membantu memecahkan kasus sang ayah dengan bergotong royong. Mulai pada reka ulang kejadian, hingga membuat pernyataan dalam simulasi persidangan.
Persidangan pun akhirnya digelar. Namun, sayang sekali, sang ayah menyatakan mengaku bahwa dirinya melakukan pembunuhan, pemerkosaan dan penculikan. Pengakuan yang keluar dari mulut sang ayah dikarenakan ia didesak oleh pengacaranya dan ketua kepolisian (ayah sang korban) bahwa, apabila ia tidak mengaku maka hal yang serupa akan terjadi kepada anak perempuannya. Desakan itu juga disertai pemukulan oleh ketua kepolisian demi menekan psikologis sang ayah. Hingga akhirnya, putusan hakim memutuskan hukuman mati untuk sang ayah.

Anak perempuannya menangis melihat hujan ayahnya. Walau sebenarnya ia belum paham mengenai putusan hakim. Ia hanya menangis. Tepat tanggal 24 Desember, anak perempuannya berulang tahun. Mereka pun merayakan kecil-kecilan sambil memberikan hadiah di dalam sel tahanan. Sang ayah memberikan kado tas sailormoon kuning yang sama dengan tas yang diinginkan sebelumnya.“Terimakasih Ayah, sudah menjadi ayah yang baik untuk ku”. Sambil memberikan hormat pengagungan tinggi di depan sang ayah, anak perempuannya mengucapkan terimakasih dengan santun.

Melihat kesantunan anak perempuan itu, membuat kelima penghuni sel tahanan no.7 itu menangis terharu jika harus membayangkan bahwa hari ini adalah hari terakhir sang ayah di dunia. Dengan kata lain, sang ayah harus dieksekusi mati sesuai keputusan pengadilan.

Sang ayah dan puterinya berpamitan dan berjalan menelusuri lorong penjara. Wajah sang anak dan ayahnya begitu mesra seolah memberikan isyarat ketulusan hati masing-masing. Ketika diujung pintu sel keluar, anak perempuannya dititipkan oleh ketua penjaga sipir, sedangkan sang ayah berjalan menuju tempat eksekusi mati. Scene ini yang mengharukan. Pasalnya takdir kematian ini seolah-olah memang harus terjadi. Karena sehari sebelumnya, kelima teman satu sel dan penjaga sipir bekerja sama untuk meloloskan sang ayah dan puterinya dari penjara dengan menggunakan balon udara. 

Tapi sayang, ternyata tali tambangnya menyangkut di kawat duri dinding pembatas penjara antara dunia penjara dan dunia luar.
Seolah paham dengan takdir yang akan ia alami, sang ayah merasa panik dan menyesal bahwa keputusannya salah di hadapan hakim. Ia pun menangis, begitu juga dengan sang anak.


“Tolong saya..!!. Tolong saya…!!”. Teriak sang ayah sambil memohon di hadapan penjaga penjara. Dan mereka hanya tertegun kosong, seolah tak berdaya sama sekali. Walaupun mereka tahu, bahwa sang ayah merupakan orang baik dan korban ketidakadilan hukum.
Waktu kian berjalan hingga sang anak puterinya beranjak dewasa dan tumbuh menjadi seorang pengacara. Ia dibesarkan oleh ketua penjaga sipir yang sudah dianggap menjadi ayahnya. Di tanggal yang sama juga, anak perempuannya mencoba mengangkat kasus hukum ayahnya di pengadilan dengan tujuan membebaskan dan menghapus nama baik sang Ayah di depan hukum Korea Selatan. Dengan gigih, sang anak berjuang hingga akhirnya putusan hakim membebaskan ayahnya dari kesalahan.


Cerita itu sungguh membuat haru bagi yang menontonnya. Bagaimanapun ketidakadilan dunia, tidak memutuskan perasaan cinta terhadap Ayah sendiri, walau sang ayah sudah tiada. Film ini memberikan pesan moral untuk seluruh anak agar senantiasa menyangi sang ayah dengan cara apa pun.
Papa saya pernah berkata, “Tidak ada orang tua yang jahat dan tidak sayang terhadap anaknya. Mereka akan berjuang sampai titik darah penghabisan untuk membuat anaknya bahagia”.

Segalak apa pun Ayah kita, dan sesibuk apa pun Ayah kita, atau sebesar apa pun kesalahan yang pernah ia perbuat, ia bukan orang lain yang dapat kita tinggalkan atau benci. Tapi ia adalah Ayah kita, ia adalah orang yang berjuang sampai darah penghabisan. Ia yang menerjang cemooh dunia demi diri kita. Dengan keringat dan dahi yang selalu berkerut dikala harus berfikir mencari nafkah di situlah ujiannya untuk masuk surga.


Dear, daddy.. 
Apa pun cinta akan kami kasih untuk mu. Tidak ada laki-laki dunia ini yang sebaik papah dan yang rela meredakan tangis di tengah keputus-asaan karena asa yang gagal. Engkau adalah laki-laki yang  mengajari bagaimana seorang pemimpin yang baik adalah memimpin dirinya dahulu baru kepada orang lain. Engkau yang selalu memberikan makna perubahan harus dimulai pada diri sendiri. Engkau juga yang mengajari untuk lebih banyak bertindak dari pada berbicara. Engkau juga mengajari bahwa kepentingan keluarga di atas segala-galanya. Ikhlas tanpa pamrih. Dan kebaikan itu adalah membuat mereka tersenyum, bukan sebaliknya..

3 komentar:

Unknown on 29 Januari 2015 pukul 06.51 mengatakan...

Kok sedih sih kak:(
kakak jahat buat adek sedih:(

Unknown on 30 Januari 2015 pukul 04.06 mengatakan...

Bagus nak

Unknown on 11 Februari 2015 pukul 03.09 mengatakan...

Bagus kak !! Buat cerita lagi geh

Posting Komentar

 

Saranghae! Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos